Sabtu, 26 September 2009

VISI, MISI DAN FORMAT POLITIK ISLAM (5,5.2.Asas Kemerdekaan Umat)

MENUJU KESATUAN
VISI DAN MISI POLITIK ISLAM
oleh: Djauhari Syamsuddin

5. ASAS-ASAS PERJUANGAN

5.2. Kemerdekaan ummat
Sejak lama sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945, Ummat Islam Indonesia telah membicarakan dan menuliskan dalam program asasnya Syarikat Islam (PSII) sebagai garis perjuangan, bahwa untuk bisa menjalankan Islam dengan seluas luasnya syariat dan sepenuh penuhnya asas perlu adanya kemerdekaan ummat.
Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat berharga dan diperlukan dalam kehidupan manusia, karena dengan kemerdekaan itulah manusia bisa memperbaiki keadaannya, menyampaikan dan melakukan sesuatu hal yang diperlukan dalam kehidupannya.
Oleh karena itu kemerdekaan ummat yang hendak diperjuangkan Islam Indonesia sejak lama itu meliputi kemerdekaan sebagai bangsa (nasional vriyheid) dan kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk dapat melakukan dan mengusahakan segala sesuatu yang diperlukannya sesuai dengan harkat kemanusian.

Almarhum HOS Tjokroaminoto menguraikan landasan pemikiran kemerdekaan itu berdasarkan dalil dalil dalam Al Qur’an surat Al Fath: 0048:023)
("Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu."),
dan surat Al Qashas:028:085)
("Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata".")

Kemudian surat Ali Imran:003:137
("Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).")

Kemudian pada surat Al Yatsiyah: 045:028:
("Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.")

Kemudian pada surat Al-Ra’du:013:011:
("Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengi-kutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.").

Dengan landasan pemikiran itu almarhum HOS Tjokroaminoto meyakinkan kepada kaum Syarikat Islam bahwa akan lahir Indonesia merdeka. Adanya keyakinan yang kuat akan janji Allah bahwa bangsa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaan dan kehidupan yang bahagia serta keluhuran derajat apabila ummat Islam yang mayoritas di Indonesia menjalankan perintah-perintah Allah swt dengan sungguh sungguh dan meniru jejak perjuangan Rasulullah saw, maka kelak pemerintahan yang bernafaskan Islam akan dapat didirikan.

Kemerdekaan dalam Islam adalah kemerdekaan untuk melaksanakan pengabdian kepada Allah swt, kemerdekaan untuk berbuat amal kebajikan, kemerdekaan untuk mencegah kemungkaran, kemerdekaan untuk memelihara keseimbangan kehidupan, kemerdekaan untuk mewujudkan dan memelihara kerukunan, karena Islam itu mengandung arti selamat dan menyelamatkan.

Kerukunan dalam Islam mengandung arti terpeliharanya keseimbangan kehidupan dalam kesadaran dan keikhlasan, tidak ada suatu hal yang terasa dipaksakan sehingga terasa damai dan tentram dan tidak ada sesuatu yang terasa tidak adil.
Memelihara keseimbangan berarti harus ada kerelaan berkorban menyerahkan sebagian dari sesuatu yang di rezkikan Allah atau yang kita dimiliki dan memberikan kepada orang lain yang berkekurangan dalam ukuran harkat kemanusiaan. Itulah ketentuan Allah antara lain seperti dalam perintah zakat dan infak yang merupakan bagian dari urusan memelihara keseimbangan itu.

Mengenai kemerdekaan dalam hubungan antar manusia, Islam memandang dan mengakui pluralisme kehidupan manusia. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah: 002 ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memeluk) agama (Islam), dan sesungguhnya telah jelas perbedaan antara yang haq dan yang bathil dan antara yang ma’ruf dan yang mungkar. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui (Al Baqarah:002:256).

Dalam keadaan kita setelah memperoleh kemerdekaan bangsa ini, diperlukan kerukunan nasional sebagai suatu kondisi untuk menjaga dan memelihara keseimbangan berbagai dimensi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diperlukan kerukunan untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah yang telah diperjuangkan menjadi sebuah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka.

Kerukunan nasional adalah kemerdekaan rakyat dalam suatu perwujudan demokrasi yang berdasarkan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keadilan dan persamaan hak dalam hukum, ketertiban dan keamanan, solidaritas sosial dan kehidupan ekonomi serta kemakmuran bersama.

Kesemuanya itu yang menyangkut dengan kemerdekaan dan kerukunan hidup, adalah sebagai wujud keyakinan dan pengakuan atas ke Maha Esaan Allah, yang menjadi sumber dan muara dari segala kehidupan, sehingga hanya kepada Nya sajalah kita menghambakan diri memohon segala petunjuk dan pertolongan serta perlindungan.

Sebagai ummat Islam yang beriman yang harus menjalankan Islam dengan seluas-luas dan sepenuh penuhnya, maka pastilah akan menghadapi berbagai rintangan yang tidak kecil sebagai mana tersurat dan tersirat dalam berbagai ayat dalam Al Qur’an. Oleh karenanya dibutuhkan adanya disiplin, ketaatan dan kesetia kawanan dilingkungan organisasi kaum (ummat). Hal ini mengingat pula contoh yang diberikan Rasulullah SAW. pada saat perjuangan Islam ketika itu, yang mewajibkan ummat Islam yang ingin berjuang bersama-sama Rasul untuk mengikrarkan bai’at atau janji setia, yang dikenal sebagai Bai’atur Ridwan, seperti yang digambarkan Allah dalam Al Qur’an surat Al Fath ayat 18.
("Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).")

Dengan tertanamnya disiplin yang kuat dalam diri para pemimpin dan kader penggerak dinul Islam sebagaimana dicontohkan Rasulullah, maka seluruh rakyat dan bangsa Indonesia yang beragam suku, ras dan agama akan memperoleh kemerdekaan yang sungguh-sungguh sebagai bangsa, terbebas dari segala bentuk penjajahan dan perbudakan serta penghisapan kapitalis dan imperialis moderen yang hendak menerapkan sistem kehidupan bebas nilai.

Tidak ada komentar: